- Bahama, Berm,uda, cayman Island (tidak ada pajak sama sekali)
- Barbados (Insentif pajak yang sangat rendah)
- Gibraltar< Hongkong dan Panama ( Mengenakan pajak terhadap laba yang dihasilkan secara local, namum mengecualikan laba dari sumber-sumber luar negeri.
BAB 10 MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN
Tujuan Utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
Risiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk, Risiko-risiko lainnya :
- Risiko likuiditas timbul karena tidak semua produk manajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas. Pasar yang sangat tidak likuid ini misalnya seperti real estate dan saham dengan kapitalisasi kecil.
- Diskontinuitas pasar mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahan. Kejatuhan pasar saham pada tahun 2000 merupakan suatu contoh kasus.
- Risiko kredit merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya. Sebagai contoh , pihak lawan yang menyepakati penukaran euro Prancis menjadi dolar Kanada mungkin gagal untuk menyerahkan euro pada tanggal yang dijanjikan.
- Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas publik melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh bursa efek Kuala Lumpur tidak mengizinkan penggunaan shrot sales sebagai alat lindung nilai terhadap penurunan harga ekuitas.
- Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan. Sebagai contoh, perlakuan kerugian valuta asing sebagai keuntungan modal ketika laba biasa lebih disukai.
- Risiko akuntansi adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai. Contohnya adalah ketika keuntungan atas lindung nilai terhadap komitmen pembelian diperlakukan sebgaai “laba lain-lain” dan bukan sebagai pengurang biaya pembelian.
Pertumbuhan jasa manajemen risiko yang cepat menunjukkan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan risiko keuangan. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan.
Pertama, manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama.
Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Akhirnya karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh konsumen.
PERANAN AKUNTANSI
Akuntan manajemen membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternatif, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas program lindung nilai.
A. Identifikasi Risiko Pasar
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasikan berbagai jenis risiko market yang berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Dan biasanya disebut sebagai kubus pemetaan risiko. Istilah pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan eukuitas. Dimensi ketiga dari kubus pemetaan risiko, melihat kemungkinan hubungan antara risiko pasar dan pemicu nilai untuk masing-masing pesaing utama perusahaan.
Jika seorang pesaing membeli topi bisbol dari luar negeri dan mata uang negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relatif terhadap mata uang negara anda, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing anda mampu untuk menjual dengan harga yang lebih rendah daripada anda. Ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi.
B. Menguantifikasi Penyeimbangan
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen risiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternatif strategi respons risiko. Akuntan harus mengukur manfaat dari lindung dinilai dan dibandingkan dengan biaya plus biaya kesempatan berupa keuntungan yang hilang dan berasal dari spekulasi pergerakan pasar
C. Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang
Risiko kurs valuta asing (valas) adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup :
1) antisipasi pergerakan kurs,
2) pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
3) perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan
4) pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
BAB 9 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
Survey terbaru menemukan bahwa akuntan manajemen menghabiskan lebih banyak waktu dalam masalah perencanaan strategis dibandingkan dengan masa sebelumnya. Penentuan model usaha merupakan gambaran besar, dan terdiri dari formulasi, pelaksanaan dan evaluasi rencana bisnis jangka panjang suatu perusahaan. hal ini mencakup empat dimensi utama :
- Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang relevan terhadap kemajuan perusahaan di masa depan.
- Merumuskan teknik yang memadai untuk meramalkan perkembangan masa depan dan menganalisis kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri atau memanfaatkan perkembangan tersebut.
- Mengembangkan sumber-sumber data untuk mendukung pilihan-pilihan strategis.
- Mentranslasikan pilihan-pilihan tertentu menjadi serangkaian tindakan yang spesifikasi.
ALAT PERENCANAAN
Dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang relevan di masa depan, pemindaian terhadap lingkungan eksternal dan internal akan membantu perusahaan mengenali tantangan dan kesempatan yang ada. Baik pesaing dan kondisi pasar dianalisis untuk melihat pengaruh keduanya terhadap kedudukan persaingan dan tingkat keuntungan perusahaan. Masukan yang diperoleh dari analisis ini digunakan untuk merencanakan ukuran yang digunakan untuk mempertahankan atau memperbesar pangsa pasar atau untuk mengenali dan mendayagunakan produk baru dan kesempatan pasar. Salah satu alat tersebut adalah analisis WOTS-UP. Analisis ini menyangkut kekuatan dan kelemahan perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan operasi perusahaan. Alat keputusan ini digunakan dalam sistem perencanaan strategi dimana seluruhnya bergantung pada kualitas informasi tentang lingkungan internal dan eksternal suatu perusahaan. Akuntan dapat membantu para perencana perusahaan untuk memperoleh data.
PENGANGGARAN MODAL
Tidaklah mudah untuk mengukur biaya modal sebuah perusahaan multinasional. Biaya modal ekuitas dapat dihitung dengan beberapa cara. Satu metode yang populer menggabungkan ekspektasi pengembalian dividen dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan dividen. Dengan mengasumsikan :
- penyebaran rendah dengan sentralisasi yang tinggi. Digunakan oleh organisasi yang lebih kecil dengan operasi bisnis internasional yang terbatas dan system informasi domestik mendominasi kebutuhan.
- penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang rendah. Anak perusahaan lokal diberi kendali yang signifikan atas pengembangan strategi teknologi infomasi dan system terkait mereka sendiri.
- Penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang tinggi. Disini strategi teknologi informasi global lokal dijalankan oleh perusahaan global dengan aliansi strategi di seluruh dunia. SIstem informasi dirancang untuk mencerminkan kebutuhan perusahaan yang disesuaikan dengan keadaan lokal.
ISU-ISU DALAM PENGENDALIAN KEUANGAN
- Mengevaluasi sejauh mana strategi yang terpilih memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
- Memberikan motivasi kepada manajemen dan karyawan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
- Komunikasi tujuan-tujuan keuangan secara tepat di dalam organisasi
- Memperinci kriteria dan standar dalam evaluasi kinerja
- Mengawasi kinerja
- Mengkomunikasikan penyimpanan antara kinerja aktual dan neraca kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab.
- Pertimbangan kontrol keuangan jarang sekali merupakan sesuatu yang penting dalam tahap-tahap awal pendirian operasi luar negeri.
- Umumnya akan lebih murah untuk menggunakan sistem domestik dari pada harus membuat dari awal keseluruhan sistem yang direncanakan untuk operasi luar negeri.
- Untuk menyederhanakan penyusunan dan analisis laporan keuangan konsolidasi, pihak kontroler perusahaan harus menegaskan bahwa seluruh anak perusahaan yang beroperasi menggunakan format dan daftar yang sama untuk mencatat dan mengirimkan data keuangan dan operasi.
- Mantan eksekusi domestik yang bekerja pada operasi luar negeri dan atasan perusahaan mereka akan lebih nyaman jika mereka dapat terus menggunakan sebnayak mungkin system penegndalian domestik umumnya karena mereka mencapai tingkat manajemen tertinggi denagn menguasai sistem domestik.
Konsep Biaya Standar
|
Konsep Biaya Kaizen
|
Penegndalian biaya
|
Pengurangan biaya
|
Diterapkan pada kondisi manufaktur yang ada
|
Diterapkan pada perbaikan manufaktur secara terus-menerus
|
Tujuan : kesesuaian dengan standar kinerja
|
Tujuan : mencapai target pengurangan biaya
|
Standar ditentukan tiap tahun
|
Target pengurangan biaya ditentukan setiap bulan
|
Analisis variabs didasarkan pada aktual vs standar
|
Analisi varians didasarkan pada pengurangan biaya secara konstan
|
Melakukan investigasi apabila standar tidak terpenuhi
|
Melakukan investigasi jika target biaya tida tercapai
|
- Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 1, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
- Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional – Buku 2, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.
Harmonisasi Akuntansi Internasional
- Perubahan modal dalam tingkat EU
- Membuat kerangka dasar hokum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang terintegrasi
- Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat.
- Saling menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-masing untuk mendorong perkembangan pasar domestic.
- Menyatukan upaya-upaya untuk membuat standard an penhawasan efektif terhadap transaksi surat berharga internasional.
- Memberikan bantuan secara bersama-sama untuk memastikan integritas pasar melalui penerapan standar yang ketat dan penegakkan yang efektif terhadap pelanggaran.
Jurnal Akuntansi Internasional : Harmonisasi Versus Standarisasi
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
144
AKUNTANSI INTERNASIONAL : HARMONISASI
VERSUS STANDARDISASI
Arja Sadjiarto
Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi – Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Adanya lingkungan dan kondisi hukum, sosial politik dan ekonomi
yang berbeda-beda antar negara menyebabkan standar akuntansi juga
berbeda. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan
perdagangan antar negara serta munculnya perusahaan multinasional
mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi
yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Dalam hal ini terdapat dua
pendapat mengenai standar akuntansi internasional yaitu harmonisasi
dan standardisasi.
Kata kunci: lingkungan, standar akuntansi internasional, harmo-
nisasi, standardisasi,
IASC, FASB
ABSTRACT
Legal, social, and economic environment and conditions which
differ among countries influence accounting standards which,
consequently, differ among countries. The emergence and importance of
globalisation such as international trade and multi national enterprise
bring an implication that there is such a need of international
accounting standard. There are two concepts about international
accounting standard , i.e. harmonization and standardization.
Keywords: environment, international accounting standard, harmoni-
zation, standardization, IASC, FASB
1. LATAR BELAKANG
Sebuah
survey
yang dilakukan oleh Deloitte Touche Tohmatsu International
pada tahun 1992 terhadap 400 perusahaan skala menengah di dua puluh negara
maju menunjukkan, bahwa alasan mereka untuk melakukan bisnis di pasar
internasional adalah karena adanya kesempatan bertumbuh (84%), untuk
mengurangi ketergantungan pada perekonomian domestik (39%), memenuhi
permintaan pasar (34%) dan biaya operasi yang lebih murah (24%) (Iqbal, Melcher,
Elmallah, 1997 : 5).
Survey
tersebut menunjukkan salah satu kenyataan bahwa ada
kecenderungan banyak perusahaan untuk menjalankan bisnis secara global dan
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
145
tidak hanya terpaku pada bisnis di negara asal. Menjual di pasar dalam negeri
dianggap tidak lagi memberikan keuntungan yang diharapkan, sementara pasar
luar negeri begitu terbuka untuk ekspansi.
Kecenderungan meningkatnya globalisasi di bidang ekonomi semakin tampak
dengan adanya kesepakatan-kesepakatan antar negara dalam satu
region
tertentu,
seperti
European Union
(EU),
North American Free Trade Agreement
(NAFTA),
Asia-
Pacific Economic Cooperation
(APEC). Indonesia sendiri merupakan salah satu dari
delapan belas negara anggota APEC.
Globalisasi bidang ekonomi juga tampak dengan munculnya fenomena krisis
nilai tukar di sebagian negara Asia, termasuk Indonesia yang dimulai pada tahun
1997. Industri yang bergantung kuat pada bahan baku impor sangat terpengaruh
dengan kondisi ini. Nilai impor bahan baku dalam mata uang domestik — dalam hal
ini rupiah — meningkat tajam. Industri yang bergantung kuat pada bahan baku dan
sumber daya domestik mengalami hal yang sebaliknya. Penjualan barang ke luar
negeri menjadi sangat menguntungkan jika dinilai dalam mata uang domestik.
Penetapan harga jual baru di pasar domestik dan luar negeri menjadi tidak
sesederhana sebelum terjadi krisis.
Perkembangan selanjutnya di Indonesia juga menunjukkan fenomena yang
menarik. Menguatnya rupiah terhadap mata uang asing, meskipun tidak kembali
pada kurs nilai tukar sebelum krisis terjadi, membuat para eksportir mulai
mengeluh karena pendapatannya turun jika dinilai dalam mata uang domestik.
Sebaliknya terjadi bagi para importir. Menguatnya mata uang domestik —
katakanlah rupiah — dan melemahnya mata uang asing — katakanlah dollar
Amerika Serikat — membuat kewajiban para importir membayar dalam mata uang
asing kepada produsen di negara asing menjadi lebih murah dinilai dari mata uang
domestik.
Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang
bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus
berubah karena adanya globalisasi, baik lingkungan bisnis yang bertumbuh bagus,
dalam keadaan stagnasi maupun depresi. Adanya transaksi antar negara dan
prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya
kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.
2. PEMBAHASAN
Pengertian Akuntansi Internasional
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional
sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip
akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di
seluruh dunia.
Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah pada
saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. Ekspor
diartikan sebagai penjualan ke luar negeri dan dimulai saat perusahaan penjual
domestik mendapatkan order pembelian dari perusahaan pembeli asing. Kesulitan-
kesulitan mulai timbul pada saat perusahaan domestik ingin melakukan investigasi
terhadap kelayakan perusahaan pembeli asing. Jika pembeli diminta untuk
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
146
memberikan informasi finansial berkaitan dengan perusahaannya, ada
kemungkinan bahwa informasi finansial tersebut tidak mudah diinterpretasikan,
mengingat adanya asumsi-asumsi akuntansi dan prosedur akuntansi yang tidak
lazim di perusahaan penjual. Sebagian besar perusahaan yang baru terjun di bisnis
internasional bisa meminta bantuan kepada bank atau kantor akuntan dengan
keahlian internasional untuk menganalisis dan mengintepretasikan informasi
finansial tersebut.
Hal lain yang harus diantisipasi adalah jika pembeli membayar dalam mata
uang asing. Misalnya, sebuah perusahaan di Indonesia melakukan ekspor hasil
produksinya kepada perusahaan di Amerika Serikat, dan pembeli membayar dalam
dollar Amerika Serikat. Perusahaan domestik harus mengantisipasi adanya rugi
atau untung potensial yang mungkin timbul karena perubahan nilai tukar antara
saat order pembelian dicatat dengan saat pembayaran diterima.
Pelaksanaan ekspor melibatkan banyak pihak seperti perusahaan pengiriman,
asuransi, bea cukai serta dokumen-dokumen penunjang lainnya yang disyaratkan
luas di seluruh dunia. Dalam hal ini tentunya juga perlu adanya antisipasi atas
segala biaya yang pada umumnya melibatkan pemakaian mata uang yang berbeda.
Untuk impor, kondisi-kondisi di atas sebaliknya akan ditemui oleh perusahaan
penjual asing. Kondisi yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan pembeli
domestik adalah nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang
disepakati sebagai denominasi pembayaran. Termasuk di dalamnya adalah
pembayaran kepada
forwarder
dan perusahaan pengiriman jika impor dilakukan
dengan syarat
free on board
.
Keterlibatan perusahaan dalam akuntansi internasional juga tidak dapat
dihindarkan saat perusahaan membuka operasi di luar negeri, baik yang hanya
berupa pemberian lisensi produksi terhadap perusahaan milik pihak lain di luar
negeri maupun pendirian anak perusahaan di luar negeri. Dalam hal pemberian
lisensi, perusahaan perlu mengembangkan sistem akuntansi yang memungkinkan
pemberi lisensi untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan perjanjian kerja,
pembayaran
royalty
dan bimbingan teknis serta pencatatan pendapatan dari luar
negeri dalam kaitannya dengan pajak yang harus dibayar perusahaan.
Akuntansi untuk operasi anak perusahaan di luar negeri harus sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan institusi yang berwenang di
negara yang bersangkutan, yang berbeda dengan aturan-aturan di negara induk
perusahaan. Selain itu harus dibuat juga sistem informasi manajemen untuk
memonitor, mengawasi dan mengevaluasi operasi anak perusahaan serta membuat
sistem untuk melakukan konsolidasi hasil operasi perusahaan induk dan anak.
Akuntansi internasional menjadi semakin penting dengan banyaknya
perusahaan multinasional (
multinational corporation
) atau
MNC
yang beroperasi di
berbagai negara di bidang produksi, pengembangan produk, pemasaran dan
distribusi. Di samping itu pasar modal juga tumbuh pesat yang ditunjang dengan
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sehingga memungkinkan transaksi di
pasar modal internasional berlangsung secara
real time basis
.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Akuntansi
Seperti halnya dunia bisnis pada umumnya, praktik-praktik akuntansi beserta
pengungkapan informasi finansial di perusahaan di berbagai negara dipengaruhi
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
147
oleh berbagai faktor. Radebaugh dan Gray (1997:47) menyebutkan sedikitnya ada
empat belas faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi perusahaan. Faktor-faktor
tersebut adalah sifat kepemilikan perusahaan, aktivitas usaha, sumber pendanaan
dan pasar modal, sistem perpajakan, eksistensi dan pentingnya profesi akuntan,
pendidikan dan riset akuntansi, sistem politik, iklim sosial, tingkat pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan, tingkat inflasi, sistem perundang-undangan, dan
aturan-aturan akuntansi.
Lebih rinci, Radebaugh dan Gray menjelaskan hubungan antara faktor-faktor
tersebut di atas dengan sistem akuntansi perusahaan sebagai berikut.
a. Sifat kepemilikan perusahaan
Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada
publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki publik
dibandingkan dengan pada perusahaan keluarga.
b. Aktivitas usaha
Sistem akuntansi dipengaruhi oleh jenis aktivitas usaha, misalnya agribisnis
yang berbeda dengan manufaktur, atau perusahaan kecil yang berbeda dengan
perusahaan multinasional.
c. Sumber pendanaan
Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada
publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan
sumber pendanaan dari para pemegang saham eksternal dibandingkan dengan
pada perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana
keluarga.
d. Sistem perpajakan
Negara-negara seperti Perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan
perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan
negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan
keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar
penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan
untuk pemegang saham.
e. Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan
Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat sistem
akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang
masih menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.
f. Pendidikan dan riset akuntansi
Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara
yang sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh
pendidikan dan riset akuntansi yang bermutu.
g. Sistem politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada
sistem akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik di
negara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (
central
planning
) atau swastanisasi (
private enterprises
).
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
148
h. Iklim sosial
Iklim sosial diartikan sebagai sikap atas penghargaan terhadap hak-hak pekerja
dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Informasi yang berkaitan dengan
hal-hal tersebut pada umumnya dipengaruhi atas sistem sosial tersebut.
i. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan
menampilkan sisi lain dari sistem akuntansi, antara lain dengan mulai
diperhitungkannya depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan
pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merek,
goodwill
dan
sumber daya manusia.
j. Tingkat inflasi
Timbulnya
hyperinflation
di beberapa negara di kawasan Amerika Selatan
membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai
alternatif dari pendekatan
historical cost
.
k. Sistem perundang-undangan
Di negara-negara seperti Perancis dan Jerman yang menggunakan
civil codes
,
aturan-aturan akuntansi yang dipakai cenderung rinci dan komprehensif,
berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris yang menggunakan
common law
.
l. Aturan-aturan akuntansi
Standar dan aturan akuntansi yang ditetapkan di negara tertentu tentunya tidak
sepenuhnya sama dengan negara lain. Peran profesi akuntan dalam menentukan
standar dan aturan akuntansi lebih banyak ditemukan di negara-negara yang
telah memasukkan aturan-aturan profesional dalam aturan-aturan perusahaan,
seperti di Inggris dan Amerika Serikat.
Sementara itu Christopher Nobes dan Robert Parker (1995:11)menjelaskan
adanya tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang berskala
internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah (1) sistem hukum, (2) pemilik dana, (3) pengaruh sistem
perpajakan, dan (4) kemantapan profesi akuntan. (5) inflasi, (6) teori akuntansi dan
(7)
accidents of history
.
a. Sistem hukum
Peraturan perusahaan, termasuk dalam hal ini adalah sistem dan prosedur
akuntansi, banyak dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di suatu negara.
Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda menganut
sistem hukum yang digolongkan dalam
codified Roman law
. Dalam
codified law
,
aturan-aturan dikaitkan dengan ide dasar moral dan keadilan, yang cenderung
menjadi suatu doktrin. Sementara itu negara-negara seperti Inggris, Amerika
Serikat,dan negara-negara persemakmuran Inggris menganut sistem
common
law
. Dalam
common law
, dicoba adanya suatu jawaban untuk kasus-kasus yang
spesifik dan tidak membuat suatu formulasi umum.
b. Sumber pendanaan
Berdasarkan sumber pendanaan, perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua.
Kelompok yang pertama adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
149
dananya dari para pemegang saham di pasar modal (
shareholder
). Kelompok
kedua adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar dananya dari bank,
negara atau dana keluarga. Umumnya di negara-negara dengan sebagian besar
perusahaan yang dimiliki oleh
shareholders
namun para
shareholders
ini tidak
mempunyai akses atas informasi internal, lebih banyak tuntutan atas adanya
pengungkapan (
disclosure
), pemeriksaan (
audit
) dan informasi yang tidak bias
(
fair information
).
c. Sistem perpajakan
Sejauh mana sistem perpajakan dapat mempengaruhi sistem akuntansi adalah
dengan melihat sejauh mana peraturan perpajakan menentukan pengukuran
akuntansi (
accounting measurement
). Di Jerman, pembukuan menurut pajak
harus sama dengan pembukuan komersial. Sedangkan di banyak negara lain
seperti Inggris, Amerika Serikat dan juga termasuk Indonesia, terdapat aturan-
aturan yang berbeda antara perpajakan dan komersial perusahaan. Contoh yang
paling jelas mengenai hal ini adalah depresiasi.
d. Profesi akuntan
Badan-badan yang dibentuk sebagai wadah profesi ternyata berbeda-beda di
setiap negara, dan hasil yang berupa aturan-aturan atau standar dipengaruhi
oleh bentuk, wewenang dan anggota dari badan-badan tersebut. Di beberapa
negara ditemui adanya pemisahan profesi akuntan, sebagai ahli perpajakan atau
hanya sebagai akuntan perusahaan. Anggota suatu badan yang mengatur
standar akuntansi bisa terdiri hanya dari kalangan akuntan publik atau
mengikutsertakan pihak-pihak dari kalangan dunia usaha, industri, pemerintah
dan kalangan pendidik. Tingkat pendidikan dan pengalaman dalam dunia praktis
sebagai syarat seseorang untuk bisa menjadi anggota badan tersebut juga akan
menentukan kualitas standar dan aturan akuntansi sebagai keluaran yang
dihasilkan.
e. Inflasi
Di negara-negara dengan tingkat inlasi mencapai ratusan persen setiap tahun,
seperti di Amerika Selatan, penggunaan metode
general price level adjustment
menjadi relevan mengingat adanya kebutuhan untuk menganalisis laporan
keuangan secara lebih tepat dibandingkan tetap menggunakan
historical cost
.
f. Teori Akuntansi
Teori akuntansi sangat mempengaruhi pelaksanaan praktik-praktik akuntansi
seperti halnya yang terjadi di Belanda. Di negara ini para ahli teori akuntansi
mengatakan bahwa pengguna laporan keuangan akan mendapatkan penilaian
atas kinerja yang wajar dari sebuah perusahaan jika akuntan diperbolehkan
untuk menggunakan
judgment
untuk memilih dan menampilkan angka-angka
tertentu. Dalam hal ini disarankan penggunaan
replacement cost information
.
Salah satu contoh pengaruh teori akuntansi terhadap praktik akuntansi adalah
dengan disusunnya
conceptual framework
.
g.
Accidents of History
Sistem dan praktik akuntansi tidak bisa lepas dari kondisi politik dan ekonomi di
negara yang bersangkutan. Kejadian-kejadian tertentu biasanya memberikan
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
150
pengaruh yang langsung terasa dalam penerapan metode tertentu. Krisis
ekonomi di Amerika Serikat di akhir tahun 1920-an memunculkan standar
akuntansi yang mengharuskan adanya pengungkapan (
disclosure
) data
keuangan. Untuk Indonesia, krisis nilai tukar di pertengahan tahun 1997
menyebabkan munculnya pernyataan atau interpretasi yang berkaitan dengan
penggunaan mata uang asing dalam pelaporan keuangan serta perlakuan atas
selisih kurs. Kolonialisasi juga menyebabkan negara yang diduduki dengan
sendirinya mengikuti sistem dan praktik akuntansi negara yang mendudukinya.
Contoh Pembandingan Standar Akuntansi di Indonesia dan Amerika
Serikat
Uraian di atas menunjukkan bahwa penyusunan standar akuntansi termasuk
praktik-praktik akuntansi di suatu negara berbeda dengan praktik di negara lain.
Untuk memberikan gambaran adanya standar akuntansi yang berbeda antar
negara, berikut adalah daftar standar akuntansi yang sudah diterbitkan di
Indonesia dan di Amerika Serikat (Tabel 1 dan Tabel 2) . Pembandingan ini hanya
berupa daftar sesuai dengan nomor standar yang diterbitkan di masing-masing
negara dan tidak membahas atau memberikan komentar atas isi masing-masing
standar.
Tabel 1.
Daftar Standar Akuntansi di Indonesia (SAK)
NoJudul Standar Akuntansi
1Penyajian Laporan Keuangan
2Laporan Arus Kas
3Laporan Keuangan Interim
4Laporan Keuangan Konsolidasi
5Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen
6Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan
7Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
8Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
9Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek – Telah diganti
PSAK No.1
10Transaksi dalam Mata Uang Asing
11Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing
12Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian
Bersama Operasi dan Aset
13Akuntansi untuk Investasi
14Persediaan
15Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi
16Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain
17Akuntansi Penyusutan
18Akuntansi Dana Pensiun
19Aktiva Tak Berwujud
20Biaya Riset dan Pengembangan
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
151
21Akuntansi Ekuitas
22Akuntansi Penggabungan Usaha
23Pendapatan
24Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun
25Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi
26Biaya Pinjaman
27Akuntansi Perkoperasian
28Akuntansi Asuransi Kerugian
29Akuntansi Minyak dan Gas Bumi
30Akuntansi Sewa Guna Usaha
31Akuntansi Perbankan
32Akuntansi Kehutanan
33Akuntansi Pertambangan Umum
34Akuntansi Kontrak Konstruksi
35Akuntansi Pendapatan Jasa Komunikasi
36Akuntansi Asuransi Jiwa
37Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol
38Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
39Akuntansi Kerjasama Operasi
40Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan / Perusahaan Asosiasi
41Akuntansi Waran
42Akuntansi Perusahaan Efek
43Akuntansi Anjak Piutang
44Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat
45Pelaporan Keuangan Organisasi Nir Laba
46Akuntansi Pajak Penghasilan
47Akuntansi Tanah
48Penurunan Nilai Aktiva
49Akuntansi Reksadana
50Akuntansi Investasi Efek Tertentu
51Akuntansi Kuasi Reorganisasi
52Akuntansi Mata Uang Pelaporan
53Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham
54Akuntansi Restrukturisasi Hutang dan Piutang Bermasalah
55Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai
Sumber: IAI, Standar Akuntansi Keuangan 1999, Salemba Empat, Oktober 1998
Tabel 2.
Daftar Standar Akuntansi di Amerika Serikat (
FASB Statement
)
NoJudul Standar Akuntansi
1
Disclosure of Foreign Currency Translation Information
2
Accounting for Research and Development Costs
3
Reporting Accounting Changes in Interim Financial Statements-an
amendment of APB Opinion No. 28
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
152
4
Reporting Gains and Losses from Extinguishment of Debt-an amendment of
APB Opinion No. 30
5
Accounting for Contingencies
6
Classification of Short-Term Obligations Expected to Be Refinanced-an
amendment of ARB No. 43, Chapter 3A
7
Accounting and Reporting by Development Stage Enterprises
8
Accounting for the Translation of Foreign Currency Transactions and Foreign
Currency Financial Statements
9
Accounting for Income Taxes: Oil and Gas Producing Companies-an
amendment of APB Opinions No. 11 and 23
10
Extension of “Grandfather” Provisions for Business Combinations-an
amendment of APB Opinion No. 16
11
Accounting for Contingencies: Transition Method-an amendment of FASB
Statement No. 5
12
Accounting for Certain Marketable Securities
13
Accounting for Leases
14
Financial Reporting for Segments of a Business Enterprise
15
Accounting by Debtors and Creditors for Troubled Debt Restructurings
16
Prior Period Adjustments
17
Accounting for Leases: Initial Direct Costs-an amendment of FASB Statement
No. 13
18
Financial Reporting for Segments of a Business Enterprise: Interim Financial
Statements-an amendment of FASB Statement No. 14
19
Financial Accounting and Reporting by Oil and Gas Producing Companies
20
Accounting for Forward Exchange Contracts-an amendment of FASB
Statement No. 8
21
Suspension of the Reporting of Earnings per Share and Segment Information
by Nonpublic Enterprises-an amendment of APB Opinion No. 15 and FASB
Statement No. 14
22
Changes in the Provisions of Lease Agreements Resulting from Refundings of
Tax-Exempt Debt-an amendment of FASB Statement No. 13
23
Inception of the Lease-an amendment of FASB Statement No. 13
24
Reporting Segment Information in Financial Statements That Are Presented
in Another Enterprise’s Financial Report-an amendment of FASB Statement
No. 14
25
Suspension of Certain Accounting Requirements for Oil and Gas Producing
Companies-an amendment of FASB Statement No. 19
26
Profit Recognition on Sales-Type Leases of Real Estate-an amendment of
FASB Statement No. 13
27
Classification of Renewals or Extensions of Existing Sales-Type or Direct
Financing Leases-an amendment of FASB Statement No. 13
28
Accounting for Sales with Leasebacks-an amendment of FASB Statement No.
13
29
Determining Contingent Rentals-an amendment of FASB Statement No. 13
30
Disclosure of Information about Major Customers-an amendment of FASB
Statement No. 14
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
153
31
Accounting for Tax Benefits Related to U.K. Tax Legislation Concerning Stock
Relief
32
Specialized Accounting and Reporting Principles and Practices in AICPA
Statements of Position and Guides on Accounting and Auditing Matters-an
amendment of APB Opinion No. 20
33
Financial Reporting and Changing Prices
34
Capitalization of Interest Cost
35
Accounting and Reporting by Defined Benefit Pension Plans
36
Disclosure of Pension Information-an amendment of APB Opinion No. 8
37
Balance Sheet Classification of Deferred Income Taxes-an amendment of APB
Opinion No. 11
38
Accounting for Preacquisition Contingencies of Purchased Enterprises-an
amendment of APB Opinion No. 16
39
Financial Reporting and Changing Prices: Specialized Assets-Mining and Oil
and Gas-a supplement to FASB Statement No. 33
40
Financial Reporting and Changing Prices: Specialized Assets-Timberlands
and Growing Timber-a supplement to FASB Statement No. 33
41
Financial Reporting and Changing Prices: Specialized Assets-Income-
Producing Real Estate-a supplement to FASB Statement No. 33
42
Determining Materiality for Capitalization of Interest Cost-an amendment of
FASB Statement No. 34
43
Accounting for Compensated Absences
44
Accounting for Intangible Assets of Motor Carriers-an amendment of Chapter
5 of ARB No. 43 and an interpretation of APB Opinions 17 and 30
45
Accounting for Franchise Fee Revenue
46
Financial Reporting and Changing Prices: Motion Picture Films
47
Disclosure of Long-Term Obligations
48
Revenue Recognition When Right of Return Exists
49
Accounting for Product Financing Arrangements
50
Financial Reporting in the Record and Music Industry
51
Financial Reporting by Cable Television Companies
52
Foreign Currency Translation
53
Financial Reporting by Producers and Distributors of Motion Picture Films
54
Financial Reporting and Changing Prices: Investment Companies-an
amendment of FASB Statement No. 33
55
Determining whether a Convertible Security is a Common Stock Equivalent-
an amendment of APB Opinion No. 15
56
Designation of AICPA Guide and Statement of Position (SOP) 81-1 on
Contractor Accounting and SOP 81-2 concerning Hospital-Related
Organizations as Preferable for Purposes of Applying APB Opinion 20-an
amendment of FASB Statement No. 32
57
Related Party Disclosures
58
Capitalization of Interest Cost in Financial Statements That Include
Investments Accounted for by the Equity Method-an amendment of FASB
Statement No. 34
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
154
59
Deferral of the Effective Date of Certain Accounting Requirements for Pension
Plans of State and Local Governmental Units-an amendment of FASB
Statement No. 35
60
Accounting and Reporting by Insurance Enterprises
61
Accounting for Title Plant
62
Capitalization of Interest Cost in Situations Involving Certain Tax-Exempt
Borrowings and Certain Gifts and Grants-an amendment of FASB Statement
No. 34
63
Financial Reporting by Broadcasters
64
Extinguishments of Debt Made to Satisfy Sinking-Fund Requirements-an
amendment of FASB Statement No. 4
65
Accounting for Certain Mortgage Banking Activities
66
Accounting for Sales of Real Estate
67
Accounting for Costs and Initial Rental Operations of Real Estate Projects
68
Research and Development Arrangements
69
Disclosures about Oil and Gas Producing Activities-an amendment of FASB
Statements 19, 25, 33, and 39
70
Financial Reporting and Changing Prices: Foreign Currency Translation-an
amendment of FASB Statement No. 33
71
Accounting for the Effects of Certain Types of Regulation
72
Accounting for Certain Acquisitions of Banking or Thrift Institutions-an
amendment of APB Opinion No. 17, an interpretation of APB Opinions 16
and 17, and an amendment of FASB Interpretation No. 9
73
Reporting a Change in Accounting for Railroad Track Structures-an
amendment of APB Opinion No. 20
74
Accounting for Special Termination Benefits Paid to Employees
75
Deferral of the Effective Date of Certain Accounting Requirements for Pension
Plans of State and Local Governmental Units-an amendment of FASB
Statement No. 35
76
Extinguishment of Debt-an amendment of APB Opinion No. 26
77
Reporting by Transferors for Transfers of Receivables with Recourse
78
Classification of Obligations That Are Callable by the Creditor-an
amendment of ARB No. 43, Chapter 3A
79
Elimination of Certain Disclosures for Business Combinations by Nonpublic
Enterprises-an amendment of APB Opinion No. 16
80
Accounting for Futures Contracts
81
Disclosure of Postretirement Health Care and Life Insurance Benefits
82
Financial Reporting and Changing Prices: Elimination of Certain
Disclosures-an amendment of FASB Statement No. 33
83
Designation of AICPA Guides and Statement of Position on Accounting by
Brokers and Dealers in Securities, by Employee Benefit Plans, and by Banks
as Preferable for Purposes of Applying APB Opinion 20-an amendment FASB
Statement No. 32 and APB Opinion No. 30 and a rescission of FASB
Interpretation No. 10
84
Induced Conversions of Convertible Debt-an amendment of APB Opinion No.
26
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
155
85
Yield Test for Determining whether a Convertible Security is a Common Stock
Equivalent-an amendment of APB Opinion No. 15
86
Accounting for the Costs of Computer Software to Be Sold, Leased, or
Otherwise Marketed
87
Employers’ Accounting for Pensions
88
Employers’ Accounting for Settlements and Curtailments of Defined Benefit
Pension Plans and for Termination Benefits
89
Financial Reporting and Changing Prices
90
Regulated Enterprises-Accounting for Abandonments and Disallowances of
Plant Costs-an amendment of FASB Statement No. 71
91
Accounting for Nonrefundable Fees and Costs Associated with Originating or
Acquiring Loans and Initial Direct Costs of Leases-an amendment of FASB
Statements No. 13, 60, and 65 and a rescission of FASB Statement No. 17
92
Regulated Enterprises-Accounting for Phase-in Plans-an amendment of
FASB Statement No. 71
93
Recognition of Depreciation by Not-for-Profit Organizations
94
Consolidation of All Majority-owned Subsidiaries-an amendment of ARB No.
51, with related amendments of APB Opinion No. 18 and ARB No. 43,
Chapter 12
95
Statement of Cash Flows
96
Accounting for Income Taxes
97
Accounting and Reporting by Insurance Enterprises for Certain Long-
Duration Contracts and for Realized Gains and Losses from the Sale of
Investments
98
Accounting for Leases: Sale-Leaseback Transactions Involving Real Estate,
Sales-Type Leases of Real Estate, Definition of the Lease Term, and Initial
Direct Costs of Direct Financing Leases-an amendment of FASB Statements
No. 13, 66, and 91 and a rescission of FASB Statement No. 26 and Technical
Bulletin No. 79-11
99
Deferral of the Effective Date of Recognition of Depreciation by Not-for-Profit
Organizations-an amendment of FASB Statement No. 93
100
Accounting for Income Taxes-Deferral of the Effective Date of FASB
Statement No. 96-an amendment of FASB Statement No. 96
101
Regulated Enterprises-Accounting for the Discontinuation of Application of
FASB Statement No. 71
102
Statement of Cash Flows-Exemption of Certain Enterprises and Classification
of Cash Flows from Certain Securities Acquired for Resale-an amendment of
FASB Statement No. 95
103
Accounting for Income Taxes-Deferral of the Effective Date of FASB
Statement No. 96-an amendment of FASB Statement No. 96
104
Statement of Cash Flows-Net Reporting of Certain Cash Receipts and Cash
Payments and Classification of Cash Flows from Hedging Transactions-an
amendment of FASB Statement No. 95
105
Disclosure of Information about Financial Instruments with Off-Balance-
Sheet Risk and Financial Instruments with Concentrations of Credit Risk
106
Employers’ Accounting for Postretirement Benefits Other Than Pensions
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
156
107
Disclosures about Fair Value of Financial Instruments
108
Accounting for Income Taxes-Deferral of the Effective Date of FASB
Statement No. 96–an amendment of FASB Statement No. 96
109
Accounting for Income Taxes
110
Reporting by Defined Benefit Pension Plans of Investment Contracts-an
amendment of FASB Statement No. 35
111
Rescission of FASB Statement No. 32 and Technical Corrections
112
Employers’ Accounting for Postemployment Benefits-an amendment of FASB
Statements No. 5 and 43
113
Accounting and Reporting for Reinsurance of Short-Duration and Long-
Duration Contracts
114
Accounting by Creditors for Impairment of a Loan-an amendment of FASB
Statements No. 5 and 15
115
Accounting for Certain Investments in Debt and Equity Securities
116
Accounting for Contributions Received and Contributions Made
117
Financial Statements of Not-for-Profit Organizations
118
Accounting by Creditors for Impairment of a Loan-Income Recognition and
Disclosures-an amendment of FASB Statement No. 114
119
Disclosure about Derivative Financial Instruments and Fair Value of
Financial Instruments
120
Accounting and Reporting by Mutual Life Insurance Enterprises and by
Insurance Enterprises for Certain Long-Duration Participating Contracts-an
amendment of FASB Statements 60, 97, and 113 and Interpretation No. 40
121
Accounting for the Impairment of Long-Lived Assets and for Long-Lived
Assets to Be Disposed Of
122
Accounting for Mortgage Servicing Rights-an amendment of FASB Statement
No. 65
123
Accounting for Stock-Based Compensation
124
Accounting for Certain Investments Held by Not-for-Profit Organizations
125
Accounting for Transfers and Servicing of Financial Assets and
Extinguishments of Liabilities
126
Exemption from Certain Required Disclosures about Financial Instruments
for Certain Nonpublic Entities- an amendment to FASB Statement No. 107
127
Deferral of the Effective Date of Certain Provisions of FASB Statement No.
125- an amendment to FASB Statement No. 125
128
Earnings per Share
129
Disclosure of Information about Capital Structure
130
Reporting Comprehensive Income
131
Disclosures about Segments of an Enterprise and Related Information
132
Employers’ Disclosures about Pensions and Other Postretirement Benefits –an
a amendment to FASB Statements No. 87, 88, and 106
.
133
Accounting for Derivative Instruments and Hedging Activities
Sumber: FASB, Statement of Financial Accounting Standards : Summaries and Status,
http://www.rutgers.edu/Accounting/raw/fasb/public/index.html
, September1999
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
157
Dari data di muka, tampak bahwa standar yang disusun sangat bergantung
pada kondisi masing-masing negara, meskipun dilihat dari judul standarnya,
beberapa standar memiliki kemiripan. Cukup banyak juga standar akuntansi di
Amerika Serikat yang berupa amandemen (
amendment
) dan penarikan kembali
(
rescission
) standar yang telah diterbitkan sebelumnya.
Harmonisasi versus Standardisasi
Globalisasi juga membawa implikasi bahwa hal-hal yang dulunya dianggap
merupakan kewenangan dan tanggung jawab tiap negara tidak mungkin lagi tidak
dipengaruhi oleh dunia internasional. Demikian juga halnya dengan pelaporan
keuangan dan standar akuntansi.
Salah satu karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah dapat
diperbandingkan (
comparability
), termasuk di dalamnya juga informasi akuntansi
internasional yang juga harus dapat diperbandingkan mengingat pentingnya hal ini
di dunia perdagangan dan investasi internasional. Dalam hal ingin diperoleh
full
comparability
yang berlaku luas secara internasional, diperlukan standardisasi
standar akuntansi internasional.
Di sisi lain, adanya faktor-faktor tertentu yang khusus di suatu negara,
membuat masih diperlukannya standar akuntansi nasional yang berlaku di negara
tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan pembandingan standar akuntansi
keuangan di Indonesia dan Amerika Serikat di muka. Dalam Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia terdapat Akuntansi untuk Perkoperasian yang belum tentu
dibutuhkan di Amerika Serikat. Berdasarkan hal ini, kecil kemungkinan dan kurang
feasible
untuk membuat suatu standar akuntansi internasional yang lengkap dan
komprehensif.
Konsep yang ternyata lebih populer dibandingkan standardisasi untuk
menjembatani berbagai macam standar akuntansi di berbagai negara adalah konsep
harmonisasi. Harmonisasi standar akuntansi diartikan sebagai meminimumkan
adanya perbedaan standar akuntansi di berbagai negara (Iqbal 1997:35).
Harmonisasi juga bisa diartikan sebagai sekelompok negara yang menyepakati
suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan
yang tidak mengikuti standar harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar
yang disepakati bersama. Lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi
standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (
International Accounting Standard
Committee
), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (
Organization for Economic
Cooperation and Development
). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya
harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan
internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (
International Organization of
Securities Commissions
).
IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi
akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC
adalah (1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan
pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di
seluruh dunia, serta (2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan
prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan. Beberapa negara
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
158
seperti Singapura, Zimbabwe dan Kuwait malah mengadopsi
International
Accounting Standard
sebagai standar akuntansi negara mereka.
IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut
IASC Consultative Group
yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan,
pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari
organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu secara teratur untuk
membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan IASC.
Standar akuntansi internasional yang telah diterbitkan IASC dapat dilihat pada
Tabel 3. berikut ini.
Tabel 3.
Daftar Standar Akuntansi Internasional (IAS)
NoJudul Standar Akuntansi Internasional
1
Presentation of Financial Statements
2
Inventories
3
Superseded by IAS 27 and IAS 28
4
Depreciation Accounting
5
Information to be Disclosed in Financial Statements – Superseded by IAS 1
6
Superseded by IAS 15
7
Cash Flow Statements
8
Net Profit or Loss for The Period, Fundamental Errors and Changes in
Accounting Policies
9
Research and Development Costs – Superseded by IAS 38
10
Contingencies and Events Occurring After the Balance Sheet Date
11
Construction Contracts
12
Accounting for Taxes on Income
13
Presentation of Current Assets and Current Liabilities – Superseded by IAS 1
14
Reporting Financial Information by Segment
15
Information Reflecting the Effects of Changing Prices
16
Property, Plant and Equipment
17
Accounting for Leases
18
Revenue
19
Retirement Benefit Costs
20
Accounting for Government Grants and Disclosure Government Assistance
21
The Effect of Changes in Foreign Exchange Rates
22
Business Combination
23
Borrowing Costs
24
Related Party Disclosures
25
Accounting for Investments
26
Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans
27
Consolidated Financial Statements and Accounting for Investments in
Subsidiaries
28
Accounting for Investments in Associates
29
Financial Reporting in Hyperinflationary Economics
30
Disclosures in the Financial Statements of Banks and Similar Financial
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
159
Institutions
31
Financial Reporting of Interests in Joint Ventures
32
Financial Instruments : Disclosure and Presentation
33
Earnings Per Share
34
Interim Financial Reporting
35
Discontinuing Operations
36
Impairment of Assets
37
Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
38
Intangible Assets
39
Financial Instruments: Recognition and Measurement
Sumber : IASC, IASC Standard List, http://www.iasc.org.uk/frame/cen2_1.htm, September 1999
FASB (
Financial Accounting Standards Board
), dalam laporannya yang
berjudul
International Accounting Standard Setting: A Vision for The Future
,
meyakini bahwa perlu adanya satu set standar akuntansi yang digunakan di seluruh
dunia baik untuk pelaporan keuangan dalam negeri maupun lintas negara. Tanpa
menyebutkan bahwa metode yang dilakukan untuk mendapatkan satu standar yang
sama untuk seluruh dunia ini sebagai standardisasi, FASB juga tidak menyatakan
secara eksplisit bahwa usaha ini merupakan usaha harmonisasi. FASB memandang
bahwa suatu standar akuntansi internasional harus (a) memiliki kualitas tinggi
dengan menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pembuat
keputusan lainnya dalam mengambil keputusan serupa mengenai alokasi sumber
daya dalam perekonomian, dan (b) membuat berbagai standar akuntansi di berbagai
negara menjadi
convergent
atau semirip mungkin. Di satu sisi FASB menginginkan
adanya standardisasi standar akuntansi namun tidak mengingkari bahwa proses
menuju standardisasi tersebut harus melalui proses harmonisasi yang lebih terarah
menuju standardisasi.
Standar akuntansi yang memiliki kualitas tinggi (
high-quality
) adalah suatu
standar akuntansi yang tidak bias, dan menghasilkan suatu informasi yang relevan
dan dapat dipercaya yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh para investor,
kreditur dan pihak-pihak yang mengambil keputusan serupa. Standar tersebut
harus:
a. Konsisten dengan kerangka konseptual yang mendasarinya
b. Menghindari atau meminimumkan adanya prosedur akuntansi alternatif, baik
implisit maupun eksplisit dengan mengingat faktor
comparability
dan
consistency
.
c. Jelas dan komprehensif, sehingga standar tersebut dapat dimengerti oleh
pembuat laporan keuangan, auditor yang memeriksa laporan keuangan
berdasarkan standar tersebut, oleh pihak-pihak yang berwenang mengharuskan
pemakaian standar tersebut serta para pengguna informasi yang dihasilkan
berdasarkan standar tersebut.
FASB melihat perlunya dibentuk tiga organisasi yang akan menentukan system
akuntansi internasional di masa depan, yaitu:
1. International Standard Setter (ISS)
Organisasi ini menetapkan, mengembangkan dan mengumumkan secara resmi
standar akuntansi internasional. ISS merupakan organisasi independen yang
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
160
memiliki delapan fungsi, yaitu (1)
leadership
(2)
innovation
, (3)
relevance
, (4)
responsiveness
, (5)
objectivity
, (6)
acceptability and credibility
, (7)
understandability
dan (8)
accountability.
Karakteristik ISS yang penting adalah
a. independen dalam pengambilan keputusan
b. menjalankan proses penetapan standar yang cukup dengan berhubungan
dengan pihak luar yang akan menggunakan standar tersebut
c. memiliki staf yang cukup
d. memiliki pendanaan yang independen
e. diawasi secara independen
2. International Interpretation Committee (IIC)
Organisasi ini dibentuk untuk menyampaikan pendapat atas penerapan standar
akuntansi internasional agar didapat penafsiran dan penerapan yang konsisten.
IIC akan membimbing para pemakai standar dan jika perlu menerbitkan
semacam buku panduan sebagai pelengkap standar yang sudah diterbitkan.
3. International Professional Group (IPG)
Organisasi ini terdiri dari para akuntan profesional dari berbagai organisasi
profesional di berbagai negara. Kegiatan IPG yang utama adalah memudahkan
penerapan standar dengan cara memastikan adanya kepatuhan (
compliance
)
terhadap standar, penyebaran standar yang cukup sampai pada tingkat nasional
dan memberikan pengajaran kepada para pemakai tentang penerapan standar
akuntansi internasional yang tepat.
Bagaimana halnya dengan keberadaan IASC yang memang sudah eksis jika hal
ini benar-benar diterapkan. FASB menganggap bahwa bagaimanapun caranya suatu
organisasi penentu standar akuntansi internasional dibentuk, struktur organisasi
tersebut harus bisa memungkinkan kedelapan fungsi di atas berjalan baik. Struktur
organisasi juga harus memasukkan kelima karakteristik di atas agar bisa
mengembangkan standar akuntansi internasional yang berkualitas tinggi.
Berdasarkan pemikiran ini, alternatif yang dapat dipakai di masa depan adalah (a)
IASC bisa tetap eksis dengan pembenahan struktur seperti yang disarankan FASB,
atau (b) dibentuk suatu organisasi baru dengan struktur baru seperti yang
disarankan FASB, yang tetap meneruskan hal-hal yang sudah dilakukan oleh IASC,
atau (c) memodifikasi FASB agar bisa lebih diterima secara luas di seluruh dunia.
Alternatif ketiga ini didasari oleh keyakinan bahwa FASB memiliki peran sebagai
a
global leader in accounting standard setting
.
3. KESIMPULAN
Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan
kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut
menyebabkan suatu standar akuntansi di suatu negara berbeda dengan di negara
lain. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara
serta munculnya perusahaan multinasional mengakibatkan timbulnya kebutuhan
akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia.
Akuntansi Internasional: Harmonisasi Versus Standardisasi (Arja Sadhiarta)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/
161
Pembentukan IASC merupakan salah satu usaha harmonisasi standar
akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi di
berbagai negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan
standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan juga tidak menutup
kemungkinan bahwa standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASC
diadopsi menjadi standar akuntansi nasional suatu negara.
FASB mempunyai pandangan bahwa tetap harus ada satu standar akuntansi
internasional yang berlaku di seluruh dunia. Untuk itu perlu dibentuk organisasi
penentu standar akuntansi internasional dengan struktur dan proses tertentu.
Menurut FASB, IASC bisa dimodifikasi menjadi organisasi ini atau membentuk
organisasi baru atau memodifikasi FASB sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Financial Accounting Standards Board (1999),
Summaries and Status of all FASB
Statements
, http://www.rutgers.edu/Accounting/raw/fasb/public/index.html, Septem-
ber 1999.
______ (1999),
International Accounting Standard Setting: A Vision for the Future-
Report of the FASB
, http://www.rutgers.edu/Accounting/raw/fasb , September
1999
International Accounting Standards Committee (1999),
List of Current IASC
Standards
, http://www.iasc.org.uk/frame/cen2_1.htm
Iqbal, M. Zafar, Trini U. Melcher dan Amin E. Elmallah (1997),
International
Accounting : A Global Perspective
, Cincinnati, Ohio: South-Western College
Publishing
Nobes, Christoper dan Robert Parker (1995),
Comparative International Accounting
,
Edisi keempat, London: Prentice Hall International (UK) Limited
Radebaugh, Lee H., dan Sidney J. Gray (1997),
International Accounting and
Multinational Enterprises,
Edisi keempat, Toronto, Canada: John Wiley &
Sons, Inc
Sumber :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/15662/15654
Analisis Laporan Keuangan Internasional
a. Analisis Rasio
Analisis ini mencakup perbandingan rasio antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, perbandingan rasio suatu perusahaan antar waktu atau dengan periode fiscal yang lain dan atau perbandingan rasio terhadap beberapa acuan yang baku.
Analisis ini berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan keluar perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi aktifitas operasi, investasi dan pendanaan, serta pengungkapan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas secara periodic. Misalkan, apakah perusahaan telah menghasilkan arus kas yang positif dari operasinya.
- ANALISIS STRATEGI BISNIS INTERNASIONAL
- ANALISIS AKUNTANSI
- MEKANISME UNTUK MENGATASI PERBEDAAN PRINSIP AKUNTANSI ANTAR NEGARA
- KESULITAN DAN KELEMAHAN DALAM ANALISIS LAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL
Sumber :
Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga
(1) Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
• Kenaikan dalam proporsi pajak
• Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.
• Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.
• Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).
Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3. Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut
- Penyesuaian tingkat harga umum (mata uang konstan biaya historis), yaitu umlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli).
- Penyesuaian biaya kini, yaitu pertama, aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan kompenen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut mata uang konsatan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvesional dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
1. Amerika Serikat
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
(1) Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan,
(2) Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar, dan
(3) Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data
biaya kini.
Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 yaitu :
1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pad laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta pencatatan penjelasan.
• Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
• Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
• Menyediakan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
historis atau biaya kini).
pelaporan.
Daftar Pustaka
TUJUAN DAN STRATEGI
- Penentuan filosofi, visi, misi, dan tujuan organisasi
- Analisis lingkungan
- Analisis dan pemilihan alternatif strategi
- Implementasi strategi
- Evaluasi dan pengendalian kinerja
Konsep Strategi
- Pesaing
- Konsumen
- Pemasok
- Regulator
- Sosial/politik
- Pengetahuan teknologi
- Pengetahuan manufaktur
- Pengetahuan pemasaran
- Pengetahuan distribusi
- Pengetahuan logistik
- Penegtahuan strategi
- Peluang dan ancaman
- Keunggulan dan kelemahan
- Identifikasi kompetensi inti
- Cocokkan kompetensi internal dengan peluang eksternal
- Strategi-strategi perusahaan
Kasus Valuta Asing
Berdasarkan argument-argumen yang telah ada sebelumnya, dalam kasus ini seharusnya yang menjadi valuta asing adalah Lira dari Malta. Memang benar OIF membeli dan menjual investasi di Malta, dan menerima semua labanya dari negara tersebut. Hal ini kita bisa menilik dari arti valuta asing adalah valuta utama dari sebuah entitas dalam melakukan operasinya dan dalam menghasilkan dan mengeluarkan kas. Biasanya valuta fungsional merupakan valuta negara tempat dimana entitas tersebut berlokasi dan valuta yang dipakai dalam buku-buku pencatatannya. Meslkipun OIF berasal dari AS dan didanai oleh investor dari AS tapi kegiatan operasi sebagian besar berada di Malta. Oleh karena itu sudah jelas alasan-alasan tersebut dijadikan sebagai alasan utama untuk menjadikan Lira Malta sebagai valuta fungsional dalam mengelola investasi di luar negeri pada OIF.
Transaksi Mata Uang Asing (Akuntansi Internasional)
- mencatat transaksi mata uang asing;
- memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; dan
- berkomunikasi dengan peminat saham asing.
- Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
- Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
- Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
Tipe dalam Penyesuaian Tukar-Menukar
- Transaksi Mata Uang Asing
Kriteria Mata Uang Fungsional
Faktor Ekonomi | Mata Uang Lokal sebagai Mata Uang Fungsional | Mata Uang Induk Perusahaan sebagai Mata Uang Fungsional |
Arus Kas | Menggunakan mata uang local dan tidak berpengaruh terhadap arus kas | Berpengaruh secara langsung terhadap arus kas dan dikembalikan ke induk perusahaan |
Harga Jual | Sangat tidak peduli dengan tingkat perubahan nilai tukar dan diatur oleh kompetisi local | Responsif terhadap perubahan nilai tukar dan dilakukan oleh kompetisi internasional |
Harga Pasar | Kebanyakan pada negara adidaya dan menggunakan mata uang local | Kebanyakan pada negara induk dan menggunakan mata uang negara induk |
Anggaran Biaya | Sering terjadi pada daerah local | Sangat berkaitan dengan faktor produktif yang diberikan dari induk perusahaan |
Keuangan | Menggunakan mata uang local dan dilayani oleh operasional local | Diberikan oleh induk perusahaan atau bergantung pada induk perusahaan agar memenuhi kewajiban jangka panjang |
Internal Perusahaan | Jarang, tidak ekstensif | Sering kali dan transaksi yang ekstensif |
- Perspektif Transaksi Tunggal
Pada transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik stabil atau tidak) dimasukkan sebagai penyesuaian terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa transaksi dan perjanjiannya merupakan kejadian tunggal.
- Perspektif Transaksi Ganda
- Metode Nilai Tukar Tunggal
- Metode Nilai Tukar Ganda
- Metode Current-Noncurrent
- Metode Moneter-Nonmoneter
- Metode Kurs Sementara
- Translasi saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang Fungsional
Prosedur kurs saat ini yang digunakan adalah:
1) Seluruh asset dan kewajiban asing yang ditranslasikan terhadap dolar menggunakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal neraca; akun modal ditranslasikan pada kurs historis.
2) Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada waktu transaksi, walaupun nilai tukar rata-rata tambahan dapat digunakan untuk kelayakan.
3) Keuntungan dan kerugian dilaporkan dalam komponen ekuitas gabungan pemegang saham yang terpisah. Penyesuaian nilai tukar tersebut tidak dimasukkan ke dalam laporan laba-rugi hingga operasional luar negeri telah terjual atau investasi telah diputuskan tidak bernilai.
- Translasi saat Mata Uang Induk Perusahaan adalah Mata Uang Fungsional
1) Aset dan kewajiban serta nonmoneter bernilai pada harga pasar saat itu ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada saat laporan keuangan; item nonmoneter lainnya dan modal ditranslasikan pada kurs historis.
2) Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar rata-rata untuk periode kecuali item yang berhubungan dengan item nonmoneter (contoh: biaya penjualan dan beban depresiasi), yang ditranslasikan menggunakan kurs historis.
3) Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing direfleksikan dalam pendapatan lancar.
- Translasi saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang Fungsional
- Translasi saat Mata Uang Induk Perusahaan adalah Mata Uang Fungsional
- Translasi saat Mata Uang Asing adalah Mata Uang Fungsional
- Perspektif Laporan
- Harga Perolehan
- Konsep Pendapatan
- Laba Terkelola
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
2. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4. Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi dengan mata uang asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
Hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Sumber :